Mathematician of the Week

Jumat sore, 11 Maret 2016

Iffah: Umi, Iffah ada hadiah buat umi πŸ™‚
Umi: Hadiah apa nak?
Iffah: Ini!

10603763_10207148028353073_730157762003045572_n

Sambil menunjukkan secarik kertas (dan pensil hadiah dari gurunya), isinya:

Congratulations
Certificate of achievement

Afifah
Mathematician of the week

Date 11/3/2016

Signed Miss Sheldrick

I’m so proud of you, honey
Ga bisa ngasih apa2 selain pelukan

Note:

Banyak hal yang membuat saya surprise dari Iffah.

Ya, sulung saya ini memang mengaku suka matematika, tapi nilai-nilainya (ketika di Indonesia) tidaklah sempurna, bahkan biasa-biasa saja. Prestasi akademiknya pun biasa-biasa saja (ketika Alif termasuk 5 besar dikelasnya, Iffah masuk 5 kecil hehehe… Ah, apalah arti angka-angka di raport itu. Tak penting bagi saya. Hanya saja saat ini saya ingin menggambarkan dengan memakai perbandingan…)

Sampai disini sebenernya ekspektasi saya terhadap Iffah juga tidak terlalu tinggi. Saya percaya dia akan cepat beradaptasi, segera punya banyak teman, dan enjoy di sekolah. Saya agak kuatir soal bahasa inggrisnya sebenernya, Dulu, ketika mau ulangan bahasa inggris, bahkan untuk menghafalkan 5 kata/vocabularies saja butuh waktu berjam-jam baginya untuk mengingat “book, bag, pen, shoes, pencil” misalnya. Sementara Alif sudah tidur duluan karena lebih duluan menyelesaikan hafalan vocab-nya, Iffah masih terkantuk-kantuk menghafalkan ‘syuz’ dan ‘beg’-nya yang salah terus (sowes dan bag). Tapi, surprise! Iffah malah sudah bisa saya ajak ngobrol dan dia menjawabnya dengan bahasa inggris lengkap dengan logat british ala teman-temannya, sementara Alif masih istiqomah dengan senyum manisnya (ga tau mau jawab apa saking jarang ngomongnya) πŸ˜€

And that day, ketika dia pulang sambil membawa a very special gift for me, I can’t describe how I feel. Saya senang dia begitu cepat beradaptasi, baik untuk suasana, bahasa, akademik, semuanya. Alhamdulillah sistem pendidikan disini ternyata lebih cocok dan nyaman buat Iffah. Well done, sweetheart!!!

Hmmm… soal bagaimana Alif dan Raisha menghadapi hari-hari di sekolahnya nanti saya share lain waktu ya πŸ™‚ πŸ™‚ πŸ™‚

27 thoughts on “Mathematician of the Week

Add yours

    1. Makasih om Iyos πŸ™‚

      Masa’ sih mas?
      Saya dulu juga lebih suka matematika (ketimbang fisika atau biologi hehehe)
      Kalo om iyos dulu suka bahasa Indonesia ya?

      Like

  1. memang sepertinya kalau anak mau lancar bicara cas cis cus harus langsung dicemplungin ke lingkungan asing 100%. kayaknya itu ada faktor apresiasi juga. Di indonesia kan sekolah dan guru minim apresiasi terhadap murid. 😦

    Sukses deh buat dik iffah πŸ˜€ semoga ilmu dan pendidikannya berkah yaaa…

    Like

    1. Aaamiiiin…
      Makasih tante Sekar πŸ™‚

      Yes, apresiasi.
      Saya suka sekali dengan bagaimana guru-guru disini mengapresiasi murid-muridnya. Kalo di Indonesia mungkin saya udah dipanggil ke sekolah kalo anak-anak ‘cuman’ dapet nilai -misal- 3 dari 10. Disini? Raisha, adiknya Iffah, pernah hanya bisa ngerjain 1 soal dari total 10 soal spelling yang dikasih gurunya, and what did she said? “Super effort!” (saya terharu banget pas ngeliat kertas ulangannya)
      Banyak yang ‘beda’ memang disini. Semoga saya sabar nge-share apa-apa yang mungkin bisa memberi manfaat untuk Indonesia πŸ™‚ I do hope so…

      Liked by 1 person

      1. ditunggu ya ummi postingan tentang cerita sekolah anak-anaknya. Pengen banget bisa belajar. Minimal diterapkan ke anak sendiri nanti hehe πŸ™‚

        Like

    2. Hmmm banyak orang tua yg ingin anaknya misal pintar bahasa inggris gitu, tapi orang tuanya kurang bisa berbahasa inggris. Ya memang sih bisa ajah si anak jadi pintar bahasa inggris, tapi kan kalau lingkungannya kurang mendukung praktiknya jadi kurang juga, belajarnya juga jadi enggak maksimal.

      Hmm saya dari dulu pengen banget bisa ke luar negeri gitu, minimal di lingkungan yang berbahasa asing, tapi kalau untuk saat ini sepertinya belum bisa hehe, masih baru lulus SMA juga. Ya Alhamdulilah sih kalau cara saya buat meningkatkan skil berbahasa inggris itu dengan menonton film luar dengan subtitle inggris, dampaknya cukup baik. Ya walaupun bisa meningkatkan skill listening doang sih.

      Sekolah di luar negeri gitu ya mbak, apresiasi terhadap anak memang luar biasa. Kalau di Indo sih yang saya lihat, apresiasi yang seperti itu malah dinilai lebay iya ga sih. Hmmm,, apresiasi itu yg bikin anak makin semangat dalam belajar, i thought. πŸ™‚ cmiiw.

      Like

      1. Bener banget mas, lingkungan memang ngaruhnya besar banget, terutama untuk anak-anak. Tiga bulan disini mereka langsung dapet ga cuman bahasa tapi aksennya juga πŸ˜€
        Selain nonton, bisa juga sering-sering ngintip web mereka juga mas (baca artikel, berita, yang seru-seru aja disesuaikan sama minatnya)
        Video di youtube juga banyak sih yang bantu cara pengucapan misalnya…

        Soal apresiasi, sering kali di kita (Indonesia) masih ‘lebih’ menghargai pencapaian kognitif (misal nilai di raport, juara lomba, hasil tes, dll)
        Soal akhlaq, sopan santun, attitude, hal-hal terkait nilai dan norma kurang mendapat perhatian. Makanya anak Indonesia lebih suka nilainya bagus meski nyontek daripada jujur dengan nilai seadanya, karena kita (ortunya) lebih mengapresiasi hasil ketimbang proses.

        Semoga kita senantiasa diberi petunjuk dan kemudahan dalam mendidik anak-anak kita πŸ™‚

        Liked by 1 person

  2. Assalaamu’alaikum wr.wb, Ummu Shofi…

    Alhamdulillah dan salut buat nak Iffah yang bisa membanggakan orangtuanya. Semoga sukses selalu. Aamiin. Tidak ada jalan mudah untuk berjaya melainkan dengan berusaha. Mereka yang berusaha sudah pasti Allah SWT akan memberi ganjarannya.

    Salam sejahtera dari Sarikei, Sarawak. πŸ™‚

    Like

  3. Aamiin ya Allah. Wah keren keren tuh mbak, emang kalau masih anak-anak gampang nyerapnya. Iya mbak so far yang saya lakuins seperti itu, sebenarnya saya pribadi sih kalau dengerin orang ngomong english gitu alhamdulillah udah nyambung cuman ya itu mbak buat ngomongnya kwkkw masih belum lancar sama sekali. Kurang latihan banget saya.

    Nah bener banget nih. Hmmm emang sih dari pola pikir orang tua juga demikian. Ada lagi nih mbak yang saya lihat juga, apa ya salah satu kasus orang tua di Indo itu misal walaupun tau suatu hal baik untuk anak, tapi mereka usaha buat membantu anak mewujudkan hal tersebut masih kurang. Ya walaupun juga disesuaikan sama kondisi keluarganya juga sih.

    Tapi kalau menurut saya, walaupun keluarganya (maaf) sdmnya kurang, tapi kalau orang tuanya benar benar memperhatikan mengenai pendidikan (yang enggak cuman sebatas sekolah), InsyaAllah bisa menghasilkan anak yang luar biasa.

    Saya pribadi kalau berbicara mengenai pendidikan itu selalu berpikir bahwa manusia sudah dilahirkan sebagai makhluk pembelajar, dari kecil mereka sudah mempunyai curiousity yang tinggi, tapi seiring dengan bejalannya waktu, terkadang lingkungan dapat mematikan curiousity tersebut. hehehe

    Maaf nih mbak kalau panjang lebar dan rada rada gajelas hehe.

    Like

Leave a comment

Blog at WordPress.com.

Up ↑